ESCAP Ungkap Dua Cara Jitu Atasi Kelangkaan Air Global
May 21, 2024
|News
Badung, InfoPublik - Executive Secretary of the ESCAP Armida Alisjahbana mengatakan, terdapat dua cara dalam mengatasi kelangkaan air musiman, kekeringan, dan bencana air secara global.
Pertama, menjalin kerja sama sumber air dengan skala antarnegara, kawasan, sektor dan pemangku kepentingan.
Adanya kerja sama, dapat memberikan dukungan dalam bentuk sumber daya tambahan dalam mengatasi penyebab krisis air yang terjadi pada sejumlah wilayah di dunia. Sumber daya yang dimaksud bisa dalam bentuk kesepakatan menggelontorkan sejumlah pendanaan untuk mengatasi krisis air.
Kemudian, sumber daya pikiran yang memunculkan ide baru dalam menyadarkan masyarakat berkaitan dengan efisiensi air dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan.
"Mendorong inovasi dan kolaborasi dapat membantu menutup kesenjangan pendanaan. Kemitraan pemerintah-swasta dalam efisiensi air, seperti yang diperjuangkan oleh UNIDO dapat membantu," kata Armida di Media Center World Water Forum Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Nusa Dua, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Provinisi Bali pada Selasa (21/5/2024).
Kedua, investasi pada sistem data dalam peringatan dini sangat penting dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait.
Menurut Armida, adanya investasi pada sistem data tersebut akan membuat pengolahan data menjadi semakin akurat. Hasilnya, penanganan krisis air dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan secara efektif sesuai dengan fakta di lapangan.
"Data yang lebih baik untuk sistem peringatan dini yang efektif dapat mengurangi kerugian akibat bencana hingga 60 persen," kata Armida.
Dari penggunaan sistem data itu dapat mencakup cadangan air tanah, perencanaan kesiapsigaan, dan adaptasi.
Ia menjelaskan, investasi teknologi sistem peringatan dini sudah wajar dilakukan oleh negara di kawasan Asia Pasifik dan organisasi PBB pun mendukung kebijakan tersebut.
Secara khusus organisasi di bawah PBB pun seperti ESCAP, Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR), Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mendukung kebijakan tersebut.
"Semuanya bekerja sama, sementara UNICEF bekerja sama. memetakan cadangan air tanah sebagai masukan untuk perencanaan kesiapsiagaan dan adaptasi," imbuh Armida.
Menanggapi hal itu, Secretary General of WMO Celeste Saulo menyampaikan, penggunaan sistem peringatan dini dalam penanganan banjir perlu diaplikasikamn dalam berbagai negara di dunia. Pasalnya, dampak perubahan iklim yang marak terjadi, menyebabkan potensi banjir bandang.
Adanya teknologi itu, tentunya akan berdampak positif terhadap penanganan banjir bandang. Alhasil dapat meminimalisir dampak korban, maupun kerugian yang terjadi saat terjadinya bencana tersebut.
"Kami ingin memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang terkejut dengan banjir tersebut," kata Celeste.